Perjalanan Matthew Chew ke MIT LGO: Wawancara Eksklusif di GetKampus
Pada episode spesial podcast GetKampus, saya berkesempatan untuk berbincang dengan Matthew Chew—senior saya di National University of Singapore (NUS) yang kini menempuh pendidikan di MIT Leaders for Global Operations (LGO), sebuah program gabungan MBA dan Master of Science di bidang teknik.
Matthew memiliki visi besar: menjadi “Bapak Rekayasa Nuklir di Singapura”. Dalam percakapan ini, ia membagikan perjalanan akademik dan kariernya, strategi masuk MIT, hingga filosofi pribadi yang ia sebut sebagai North Star.
Latar Belakang dan Awal Karier
Matthew menyelesaikan S1 di NUS pada program Engineering Science dengan fokus pada Renewable Energy Systems, namun minatnya pada teknologi nuklir membuatnya banyak mengambil mata kuliah terkait Applied Nuclear Physics dan Thermal Hydraulics. Setelah itu, ia menempuh S2 di bidang Chemical Engineering dengan penelitian tentang simulasi material nuklir.
Kariernya berlanjut di Home Team Science and Technology Agency, tempat ia mengembangkan sistem deteksi radiasi dan nuklir, termasuk penerapan AI untuk mendeteksi ancaman. Matthew juga sempat terlibat dalam proyek teknologi informasi skala nasional selama pandemi COVID-19.
Kunci Masuk MIT: Lebih dari Sekadar Nilai
Matthew menekankan bahwa nilai akademik yang sempurna bukan satu-satunya tiket masuk MIT. Menurutnya, dua hal penting adalah:
- Kemampuan bercerita – Tidak hanya menjawab pertanyaan, tetapi membangun narasi yang menunjukkan perkembangan diri dan dampak dari pengalaman tersebut.
- Memiliki visi jangka panjang (North Star) – Tujuan besar yang menjadi panduan setiap langkah karier, meskipun visi tersebut terdengar ambisius atau belum realistis.
Bagi Matthew, North Star-nya adalah mengembangkan industri nuklir di Singapura, baik dari sisi teknis maupun manajemen. Visi inilah yang ia tonjolkan saat wawancara masuk MIT LGO, dan yang membedakannya dari pelamar lain.
MIT LGO: Tantangan dan Peluang
Program MIT LGO menawarkan kombinasi MBA dan master teknik dengan berbagai departemen pilihan, termasuk Nuclear Science and Engineering. Bagi Matthew, program ini bukan hanya tentang teknologi nuklir, tetapi juga membangun kemampuan memimpin, mengelola tim, dan merencanakan operasi.
Ia mendapat beasiswa yang menanggung sekitar 50% biaya pendidikannya, namun menegaskan bahwa program ini sangat menuntut. “MIT tidak meluluskan mahasiswa setengah-setengah. Kalau mau dua gelar, bersiaplah untuk bekerja keras,” ujarnya.
Kehidupan Sehari-hari di MIT
Hari Matthew dimulai sekitar pukul 8.30 pagi, diikuti kelas hingga sore, lalu belajar atau mengerjakan proyek hingga tengah malam. Ia memanfaatkan akhir pekan untuk menyiapkan makanan demi menghemat waktu di hari kerja. Di sela kesibukan, ia juga menghadiri berbagai acara sosial, termasuk pertemuan komunitas Asia Tenggara di MIT.
Pesan untuk Calon Pelamar
Matthew menutup wawancara dengan pesan sederhana namun kuat:
“Temukan North Star-mu. Kalau sudah tahu tujuan besarmu, semua keputusan—termasuk memilih sekolah atau program—akan lebih jelas. Jangan melamar hanya karena keren di CV. Pastikan ada tujuan yang ingin kamu capai.”
Percakapan penuh wawasan ini membuktikan bahwa kesuksesan bukan hanya soal kecerdasan teknis, tapi juga visi, keberanian, dan kemampuan untuk menceritakan perjalanan kita.
tonton/dengarkan langsung podcast ini di: Matthey Chew GetKampus Podcast
atau kunjungi youtube channel GetKampus di: youtube.com/@GetKampus
Penulis (author): Dymasius Yusuf Sitepu
contact me at: dymasius21@gmail.com
Comments
Post a Comment