Self-Reflection Chapter 6: Cerdik Seperti Ular, Tulus Seperti Merpati

Self-Reflection Chapter 6: Cerdik Seperti Ular, Tulus Seperti Merpati

Penulis: Dymasius Yusuf Sitepu

Dasar Refleksi: Matius 10:16

Yesus pernah berkata: “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” (Matius 10:16). Ayat ini bukan sekadar peringatan, tetapi juga pedoman hidup. Dunia ini keras, penuh tantangan, bahkan kadang penuh tipu daya. Namun kita diajak untuk tetap hidup bijaksana: punya kecerdikan untuk bertahan, tetapi juga punya hati yang tulus untuk tidak ikut menjadi serigala.

Cerdik Seperti Ular

Ular dikenal waspada, peka terhadap lingkungan, dan mampu bergerak dengan strategi. “Cerdik seperti ular” berarti kita perlu pandai membaca keadaan, tidak mudah ditipu, dan selalu berpikir beberapa langkah ke depan. Cerdik di sini bukan licik, tetapi menggunakan akal secara bijaksana agar kita bisa menghadapi tantangan tanpa kehilangan arah.

Tulus Seperti Merpati

Merpati melambangkan ketulusan, kesederhanaan, dan kesetiaan. “Tulus seperti merpati” berarti menjaga hati agar tetap jernih, jujur, dan penuh kasih. Di tengah dunia yang sering mendorong orang untuk mengambil jalan pintas, ketulusan adalah harta yang membuat kita tetap manusiawi.

Bijaksana dan Prudent

Jadilah wise, prudent, dan cerdik membaca keadaan, lalu bijak serta berhati-hati dalam mengambil keputusan. Ingat, menjadi orang berhasil tetapi dengan cara yang jahat, licik, atau tidak benar sering kali jauh lebih mudah dibanding menjadi orang berhasil melalui jalan yang benar. Akan ada banyak godaan, rintangan, dan bahkan orang-orang yang senang melihat kita jatuh. Justru karena itulah, memiliki pendirian yang tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular menjadi kunci untuk tetap berdiri teguh.

Keseimbangan yang Diperlukan

Jika hanya cerdik tanpa tulus, kita bisa menjadi manipulatif. Jika hanya tulus tanpa cerdik, kita bisa mudah dimanfaatkan. Keseimbangan keduanya adalah kekuatan sejati. Hidup membutuhkan akal yang tajam, tapi juga hati yang lembut. Dengan keseimbangan inilah kita bisa menjadi pribadi yang tahan banting, namun tetap murni di dalam hati.

Refleksi Pribadi

Bagi saya, ayat ini adalah pengingat bahwa dunia tidak akan selalu ramah. Akan ada “serigala-serigala” dalam bentuk kesulitan, penolakan, atau bahkan ketidakadilan. Tetapi respons kita bukan dengan membalas menjadi serigala juga, melainkan dengan tetap setia pada prinsip kasih dan kebenaran. Itulah kekuatan sejati: cerdik untuk bertahan, dan tulus untuk tidak kehilangan hati.

Kesimpulan

“Cerdik seperti ular, tulus seperti merpati” bukan hanya nasihat rohani, tetapi juga kunci untuk hidup bijaksana di era modern. Cerdik menjaga kita dari jebakan, tulus menjaga kita dari kepahitan. Jika keduanya berjalan seimbang, maka hidup kita bukan hanya selamat, tetapi juga memberi dampak positif bagi sesama.

Comments

Anda bisa menghubungi saya lewat email di sini:

Name

Email *

Message *